tag:blogger.com,1999:blog-38803841009482923392024-03-08T15:44:52.456+07:00Sauh.Berlabuh.TeduhTak ada indra, tetap banjir sastra Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.comBlogger14125tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-49911774831238673922014-02-02T04:43:00.001+07:002014-02-02T04:43:02.794+07:00MIGRASI BLOGMulai sekarang segala kepenulisan saya, baik itu sastra ataupun yang lainnya, semua berfokus pada <a href="http://aadikristya.wordpress.com/">blog baru</a> yang mengacu pada Wordpress.<br />
<br />
Terima kasih.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-70018076638240502292014-01-28T01:16:00.001+07:002014-01-28T01:18:25.802+07:00Kacamataku<div dir="ltr">
Kacamataku<br />
Hitam bertabur bintang warnamu<br />
Tanpa cela lensamu<br />
Menemaniku membunuh waktu</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Kacamataku<br />
Tanpamu, semua menjadi abu-abu<br />
Seperti langit yang tak lagi biru<br />
Apalah artiku jika tak ada hadirmu?</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Kacamataku<br />
Kacamu dan mataku--menyatu<br />
Lekat tanpa perekat, saling merindu<br />
Janganlah lupa peran gagangmmu</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Kacamataku<br />
Bernafas ialah hartamu<br />
Tengkurap semalaman adalah ritualmu<br />
Awet ialah yang ku mau darimu</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-79220427183003825982014-01-26T01:35:00.001+07:002014-01-26T01:59:26.927+07:00Bendera Putih dan Kamu<div dir="ltr">
Jarum jam menunjuk angka satu.<br>
Di luar, jumlah terang sebanyak jemariku.<br>
Ia mengusik dan enggan berlalu.<br>
Haruskah mengerang sekarang, perutku?</div>
<div dir="ltr">
<br></div>
<div dir="ltr">
Aku anak kos yang utuh.<br>
Melihat kantong kanan-kiri, aduh.<br>
Surut daya mengatasi si gaduh.<br>
Benarkah aku memang butuh?</div>
<div dir="ltr">
<br></div>
<div dir="ltr">
Namun beruntunglah aku,<br>
Pekik perut tak sekencang yang lalu.<br>
Kini dirimu memenangkan pergulatanku,<br>
Dengan perutku, karenamu.</div>
<div dir="ltr">
<br></div>
<div dir="ltr">
Ah sebentar--karenamu?</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-75689968196015964662014-01-26T00:06:00.001+07:002014-01-26T01:42:38.047+07:00Cukup Salatiga<div dir="ltr">
Habis kopi, terbitlah terang—sepasang mata tak lagi mengerang.<br />
Siap begadang dan menulis hingga lewat terang.<br />
Menyambut terang-terang baru di Salatiga.<br />
<br /></div>
<div dir="ltr">
Sebelum mengetuk tiap tuts pada badan laptop ini,<br />
Aku membayangkan betapa beruntungnya aku dapat berada di sini.<br />
Masih di Salatiga.</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Orang-orang mulai terbangun,<br />
Buyar fokusku, pecah dan tercecer di alun-alun.<br />
Tetapi tetap ingin bertahan di Salatiga.<br />
<br />
Orang-orangnya sibuk dengan urusan masing-masing.<br />
Menyudutkan kenangan-kenangan lama pada ujung tebing.<br />
Tebarkan dirimu dan buat cerita-cerita manis di Salatiga.</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Namun Salatiga tak selalu cerah,<br />
Awan dengan kelambu abu-abu pun terkadang bisa marah.<br />
Tak apa, aku masih padamu Salatiga.<br />
<br />
Hiruk pikuknya sangat jarang menyentuhku.<br />
Aku betah, tahu?<br />
Cukup Salatiga.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-83552211484678599942014-01-12T23:47:00.001+07:002014-01-26T01:59:14.157+07:00Ketika Malam Menegur<p dir=ltr>Mata mulai mengabur dan ocehanku mulai ngelantur.</p>
<p dir=ltr>Badan sudah serasa hancur karena sudah seharian bertempur.</p>
<p dir=ltr>Lidah tak lagi lentur dan dunia bawah sadar mulai menegur.</p>
<p dir=ltr>Ditambah dinginnya malam yang selalu jujur tanpa takut ajur.</p>
<p dir=ltr>Kututup pintu yang berjam-jam menganggur.</p>
<p dir=ltr>Lalu merebahkan badan pada tempat kesayangan: kasur.</p>
<p dir=ltr>Kali ini teringat pesan bapak ibu akan jam malam yang harus diatur.</p>
<p dir=ltr>Selamat malam, selamat tidur. Aku siap mendengkur.<br>
</p>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-58475657508867006262014-01-10T09:27:00.001+07:002014-01-26T13:56:43.825+07:00Abrakadabra<div dir="ltr">
Tebar pagar biru tepat di sekitaran hatimu, jika perlu tumpahkan serta samudera biru.</div>
<div dir="ltr">
Para pejuang sejati akan terlihat dari situ.</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Abrakadabra.</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Namun seberapa ingin engkau tetap bertahan dalam rambu-rambu tanpa bumbu yang biasa membantumu mengenal rasa?</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Ragu--dan gagu.</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Ada rindu dalam pori pintu kayu, ada jagur dalam pasak tanpa dengkur.</div>
<div dir="ltr">
Jika memang belum ada rambu dari semesta, aku akan tetap menancap kayuh sembari bersyukur.</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Abrakadabra.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-22076964806661499892014-01-10T09:15:00.001+07:002014-01-30T01:14:32.769+07:00Pada Semesta Kamar<div dir="ltr">
Pada dinding kamar yang pecah, kuselipkan rapi suratan asa.</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Pada keramik yang menggigil kedinginan, kusampaikan kerinduan kelam yang tak menemukan jalan.</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Pada kolong meja yang kosong, kujejalkan tiap ragu yang tak kunjung merdu.</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Pada langit kamar yang warnanya tak lagi menggigit, kuhaturkan sebaris doa dengan harap, apa yang saat ini amis, kelak menjadi manis.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-70410985199244613352013-12-22T10:14:00.001+07:002014-01-30T01:16:00.627+07:00Hujan Bermata Dua<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #222222; font-family: inherit; line-height: 18.4688px; outline: 0px none; padding: 0px 0px 10px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;">Bulir-bulir hujan menempa raga dan semesta sekitar. Beberapa bulirnya ada yang mampu menembus kacamata dan masuk ke dalam mata. Tanpa berpikir panjang, kupinggirkan motor pinjaman kawan untuk mencari teduh yang melangka.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #222222; font-family: inherit; line-height: 18.4688px; outline: 0px none; padding: 0px 0px 10px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;">Kuamati tiap detil hujan pagi ini; jalanan yang basah, air mengalir ke dataran yang lebih rendah, air keruh menggenang, proses jatuhnya butiran air dari langit berkapas kusam, orang-orang melempar sauh mencari teduh, anak-anak berseragam sekolah kegirangan menikmati hujan, ocehan bernada kesal dari seseorang yang tak kukenal. Dan tak lupa, mataku sendiri yang memerah karena kemasukan air hujan.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #222222; font-family: inherit; line-height: 18.4688px; outline: 0px none; padding: 0px 0px 10px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;">Pedih. Kuusap beberapa kali lalu buah air mata mengalir cukup deras. Kuusap lagi untuk kedua kalinya. Kilau dalam mata. Kuamati lagi hujan ini, mencari detil-detil yang masih tersembunyi, yang belum mengungkap keberadaannya.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #222222; font-family: inherit; line-height: 18.4688px; outline: 0px none; padding: 0px 0px 10px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;">Ritme dan alunan gemericik hujan kecil ini menjadi nikmat yang kemudian dalam sepersekian detik menjelma menjadi hikmat.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #222222; font-family: inherit; line-height: 18.4688px; outline: 0px none; padding: 0px 0px 10px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;">Pemandangan detil-detil yang kutemukan mengabur dalam hitungan kerjap. Tiba-tiba aku seperti terlempar dalam ruang nostalgia beberapa waktu yang telah menghirap. Entah mengapa, pengap.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #222222; font-family: inherit; line-height: 18.4688px; outline: 0px none; padding: 0px 0px 10px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;">Air mata. Mata air. Mereka mengitari langit-langit ruang dimana nurani dan pikiran banyak meluangkan waktu untuk bercumbu. Mengapa sumbu mereka begitu penting untuk dinyalakan sepagi ini? Ternyata, gelap dan terang saling merindu.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #222222; font-family: inherit; line-height: 18.4688px; outline: 0px none; padding: 0px 0px 10px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;">Tanpa peluh, air mata hanyalah air mata. Tanpa peluh, mata air akan menjadi air mata. Tanpa peluh, aku akan mengeluh. Tidak lagi teduh.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #222222; font-family: inherit; line-height: 18.4688px; outline: 0px none; padding: 0px 0px 10px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;">Riuh orang-orang yang berteduh semakin menyalak. Tak kalah, hujan serta merta menjadi semakin galak. Terang matahari masih terhalangi, namun terang dalam nurani terbang bebas dan membanjiri dimensi pribadi. Setiap keberadaan detil hujan semakin jelas kekinian.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #222222; font-family: inherit; line-height: 18.4688px; outline: 0px none; padding: 0px 0px 10px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;">Air mata adalah gelap. Mata air adalah terang.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; color: #222222; font-family: inherit; line-height: 18.4688px; outline: 0px none; padding: 0px 0px 10px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: small;">Gelap menggiringku menuju terang. Sesaat teringat akan perkataan salah seorang budayawan, “Jika kelak kau mati, tinggalkan mata air untuk kelangsungan hidup anak cucumu kelak, bukan hanya meninggalkan air mata”.</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-17967680856268795692013-11-21T02:41:00.000+07:002014-01-26T01:56:54.421+07:00Doa dan Minuman Terakhir<div style="text-align: justify;">
Hiruk pikuk kerja lembur pengaspalan jalan dari seberang kantor menyergap keheningan malam yang biasanya adem ayem. Namun sesungguhnya itu bukanlah alasan utama mengapa kedua mata ini masih enggan menyudahi pekerjaannya. Ada hal lain yang membuatku tetap terjaga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Kutanggalkan kedua tanganku dari<i> </i>ponsel yang sempat beberapa kali menahan nafasku, sesaat setelah pesan terakhirku tak ia balas kembali. Mungkin ia terhanyut dalam malam kelam, pikirku. Terlepas dari itu semua, kubaringkan badanku pada sebuah alas tikar tipis, kulapisi badanku dengan selimut seadanya. Sesekali aku menaikkan selimut hingga menutupi kepalaku hanya untuk mengucap namanya dalam hati dengan sedikit komat-kamit hanya untuk menghantar doa terakhir di hari ini kepada Sang Empunya Hari dan Malam. Setelahnya, aku berharap dapat lelap cepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
<div style="text-align: justify;">
Kenangan beberapa jam yang lalu itu ternyata lebih kuat daripada yang kuduga. Aku masih terjaga. Tak ketinggalan <a href="http://sauhteduh.blogspot.com/2013/11/ia-menyapa-migrainku.html">senyum terlebar</a> itu masih saja terjaga hingga detik aku menuliskan tentangnya disini. Karena tak ada manusia yang tak pernah haus, aku haus untuk mengalaminya di lain kesempatan dimana tangan Tuhan merenda penuh untuknya. Siapa tahu ini adalah jawaban agar aku bisa tertidur, minum dulu ah!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-50801363524525916932013-11-20T14:56:00.001+07:002014-01-26T01:56:32.545+07:00Ia Menyapa Migrainku<div dir="ltr">
</div>
<div style="text-align: justify;">
"Halo...", suaranya menyeruak dari jarak dua meter tempatku berada. Tak hanya suaranya, warna bajunya yang ia kenakan mencolok mataku. Merah basah.</div>
<div style="text-align: justify;">
"...", aku tetap hening dan dingin, lalu jingkrak-jingkrak disertai sumringah terlebar di hari ini. Aku meleleh dan bersorak kegirangan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Kali ini bukan dua kepal tangan kami yang saling berhantaman lembut, namun tercipta genggaman sepersekian detik yang cukup melumpuhkan migrain yang aku derita seharian ini. Biarpun hanya sekadar saling bertegur sapa.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
Aku mengenali perasaan ini. Sudah cukup lama terkubur kesepian dan kini ia mengusik sepi itu. Memang rancu sesaat tetapi tetap saja nikmat.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-24323320629732890182013-11-11T00:22:00.001+07:002014-01-26T01:56:11.131+07:00Buntu<p dir=ltr>Aku hanyalah kumpulan atom-atom legenda yang mewujud kekinian nyata.<br>
Menerka seberkas titik cahaya di pundak kirimu, apakah ada?<br></p>
<p dir=ltr>Ritme cinta dari Sang Punggawa, turun merenda setiap orang yang membuka diri mereka.<br>
Tak lupa pintu dan jendela beranda dibuka, tuk beri jalan bagi invasi atom cinta.<br></p>
<p dir=ltr>Namun, bagaimana aku dapat memahami setiap detilmu, hingga noda manis terkecil di beranda ragamu, jika pintu kamarmu masih tertutup untukku? Memang butuh waktu.<br></p>
<p dir=ltr>Ya. Meragu selalu berakibat kaku, gagu, dan ragu selalu tak mau tahu. Maka aku menuntut jiwaku sendiri untuk mencari tahu. Kau tahu? Tak ada yang lebih berharga selain menyelami palungmu.<br></p>
<p dir=ltr>Untuk "D" dan beberapa komunikasi kita  yang kini terputus.</p>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-22067674893854752452013-11-09T22:02:00.001+07:002014-01-26T01:55:59.464+07:00Harapan Bebas Debu<div dir="ltr">
Harapan adalah sesuatu yang harus ditaruh. Ia tidak diciptakan untuk berlama-lamaan mengambang dan tergantung mati ditangan waktu.</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Harapan selalu mempunyai tempat untuk berpijak, sama halnya dengan kita manusia yang selalu mempunyai pilihan untuk dipilih dengan bijak--dan harus dihadapi.</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Jika harapan itu belum mampu angkat suara, tuliskan! Karena selain ucapan, tulisan pun mempunyai hubungan intim dengan Semesta. Dan Semesta mempunyai hubungan intim dengan jiwa-jiwa manusia. Termasuk aku, dan kau.</div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
Harapan haruslah bebas debu. Dan aku menolak untuk menjadikannya babu bagi jiwaku. Harapanku, janganlah hirap melenyap.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-39793835708291024912013-11-09T08:49:00.001+07:002014-01-26T01:55:05.697+07:00Bergerilya Dalam Indra<p dir=ltr>Lihat sekelilingmu. Tak sejumput jiwa saja yang terhanyut olehmu. Banyak menyeruak.</p>
<p dir=ltr>Dengar sekelilingmu. Tak seonggok daging saja yang terenyuh dengan pilihanmu. Banyak membludak.</p>
<p dir=ltr>Rasakan sekelilingmu. Tidak, aku salah. Tak semestinya kau begitu peduli dengan perasaan tiap dari mereka yang memburumu. Banyaklah membentak.</p>
<p dir=ltr>Melihat, mendengar, merasakan latarmu, kini menjadi bagian dari gerilyaku.</p>
<p dir=ltr>Selamat Pagi.</p>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3880384100948292339.post-57977002811767231072013-11-08T22:15:00.002+07:002014-01-26T01:54:54.651+07:00Seduhan Pertama<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Karena
cinta selalu baru, kau mewujudkan diri tanpa secuil rasa khawatir layu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Karena
langit tak selalu biru, terkadang hati
yang merah sesekali pernah membiru.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Yang
penting kita tahu, kalau kau dan aku telah saling tahu.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Tahu
perasaan mana saja yang harus diseduh, agar teduh.<o:p></o:p></span><br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Menjauh
hanya akan memperkeruh yang titik-titik bening.<o:p></o:p></span><br />
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Sudah
kubilang, aku hanya ingin melempar sauh, berlabuh, dalam teduh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US">Selamat
membaca blog “TEDUH”.<o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05298675619406650436noreply@blogger.com0